Pertimbangan Etika Klinik dan Medikolegal untuk Pengelolaan Anestesi pada Kasus Cedera Otak Traumatik

Taufik Suryadi Ismail, Kulsum Kulsum

Abstract


Cedera Otak Traumatik (COT) merupakan penyebab utama kematian dan kesakitan pada anak-anak dan dewasa muda di seluruh dunia. Dilaporkan sebuah kasus COT pada seorang pasien anak laki-laki berusia 5 tahun yang jatuh dari lantai 2. Pasien didiagnosis dengan cedera kepala berat dengan perdarahan epidural dan subdural dengan level ASA 3–4. Dilema etis yang dihadapi ahli anestesi adalah tindakan anestesi berisiko tinggi tetapi kemungkinan penyelamatan nyawa tidak berhasil, sehingga apakah masih tetap dilakukan operasi atau hanya diberikan terapi suportif?. Laporan ini membahas tentang pemecahan dilema etik dan medikolegal berdasarkan teori etika klinik. Hasil pertimbangan etika dan medikolegal pada kasus ini dilakukan secara komprehensif dengan menghasilkan keputusan bersama antara tim dokter dengan keluarga pasien. Dengan pemberian informasi yang adekuat mengenai indikasi medik dengan tetap memperhatikan sudut pandang permintaan (keinginan) pasien, kualitas hidup maupun fitur kontekstual maka meskipun pada akhirnya pasien ini tidak berhasil diselamatkan, paling tidak keluarga pasien puas atas pelayanan yang telah diberikan.

 

Clinical Ethics and Medicolegal Considerations for Anesthesia Management in Cases of Traumatic Brain Injury

Abstract

Traumatic Brain Injury (COT) is a leading cause of death and illness in children and young adults throughout the world. A case of COT was reported in a 5-year-old boy who fell from the 2nd floor. The patient was diagnosed with a severe head injury with epidural and subdural bleeding with ASA levels 3-4. The ethical dilemma faced by the anesthesiologist is the high-risk anesthetic procedure but the possibility of life saving is unsuccessful, so whether the surgery is still being performed or only given supportive therapy?. This report discusses solving ethics and medicolegal dilemmas based on clinical ethics theory. The results of ethical and medicolegal considerations in this case were carried out comprehensively by producing a joint decision between the team of doctors and the patient's family. By providing adequate information regarding medical indications while still giving attention to the patients' preferences, quality of life and contextual features, even though these patients were ultimately unsuccessful, at least the patient's family was satisfied with the services provided.


Keywords


anestesia; cedera otak traumatik; etika klinik; medikolegal; anesthesia; clinical ethics; medicolegal; traumatic brain injury

Full Text:

PDF

References


Awaloei AC, Mallo NTS, Tomuka D. Gambaran cedera kepala yang menyebabkan kematian di Bagian Forensik dan Medikolegal RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou. J e-Clinic. 2016;4:2–6.

Aghakhani K, Heidari M, Yousefinejad V, Okazi A. Frequency of intracranial injury in cadavers with head trauma with and without scalp injury in Teheran. J Forensic Leg Med. 2014;28:36–38.

Imran. Karakteristik dan outcome pasien-pasien penyakit neurologis. Kedokteran Unversitas Syiah Kuala. 2017;17:168–73.

Stankov A, Cakar L, Bitoljanu N, Belakaposka- Srpanova V, Bujaroska M and CZ. Forensik a spect of cerebral contusions. Maced Med Rev. 2014:101–03.

Li M, Zhao Z, Yu G, Zhang J. Epidemiology of traumatic brain injury over the world: a systematic review. Gen Med Open Access. 2016;04(05):1–14.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar. Dep Kesehat RI. 2013;(1):1-303.

Honeybul S, Gillett IG, Ho K, Lind C. Ethical considerations for performing decompressive craniectomy as a life-saving intervention for severe traumatic brain injury. J Med Ethics. 2012;38:657–661.

Jonsen AR, Siegler M, Winslade WJ. Clinical ethics: a practical approach to ethicaldecisions in clinical medicine. 7th ed. Philadelphia, USA: McGraw-Hill Medical Publishing Division, 2010: 9–225.

Mayo CD, Lara VS, Robinson K, Gawryluk JR. Neuropsychological assessment of traumatic brain injury: Current ethical challenges and recommendations for future practice. Applied Neuropsychology. 2019; 26 (4): 383–91.

Lalenoh DC, Sudjito NH, Suryono B. Penanganan anestesi pada cedera otak traumatik. Jurnal Neuroanestesi Indonesia. 2012;1(2):120–32.

Syah BIA, Suarjaya IPP, Rahardjo S, Saleh SC. Penatalaksanaan anestesi pada pasien cedera kepala berat akibat hematoma epidural akut disertai kehamilan. Jurnal Neuroanestesi Indonesia. 2017;6 (3): 169‒77.

Basuki WS, Suryono B, Saleh SC. Penatalaksanaan perioperatif cedera kepala traumatik berat dengan tanda cushing. Jurnal Neuroanestesi Indonesia. 2015;4 (1): 34–42.

Martiniuc C, Dorobat GH. Polytrauma with severe traumatic brain injury. Case report. Romanian Neurosurgery, 2010; XVII (1): 108–13.

Bisri T. Penanganan Neuroanestesia dan Critical Care Cedera Otak Traumatik. Bandung. Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. 2012:83–124.

Dahlan S. Informed consent, dalam hukum kesehatan-rambu-rambu bagi profesi dokter, edisi 3, Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang. 2005:39–50.

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran. Jakarta; 2004.

Rasjidi I. Perawatan Paliatif Suportif dan Bebas Nyeri pada Kanker. Jakarta. CV Sagung Seto. 2010: 1–42.




DOI: https://doi.org/10.24244/jni.v9i2.250

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


                                    

 

JNI is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License